Pulau Jeju adalah mahakarya alam Korea Selatan yang terbentuk dari aktivitas vulkanik ribuan tahun lalu. Temukan keindahan geologis, budaya lokal, serta potensi wisata alam dari situs vulkanik terbesar di Korea ini.
Pulau Jeju atau Jeju-do merupakan pulau vulkanik terbesar di Korea Selatan yang terletak di bagian selatan Semenanjung Korea. Terbentuk dari aktivitas vulkanik sekitar dua juta tahun yang lalu, Jeju menjadi saksi sejarah panjang proses geologis yang membentuk bentang alam Korea saat ini. Dengan lanskap yang spektakuler, situs UNESCO, dan keanekaragaman hayati yang unik, Jeju telah menjadi destinasi penting bagi wisatawan, ilmuwan, dan pecinta alam.
Asal-Usul Vulkanik Pulau Jeju
Jeju terbentuk dari letusan Gunung Hallasan, sebuah gunung berapi perisai setinggi 1.950 meter yang kini menjadi titik tertinggi di Korea Selatan. Aktivitas vulkanik masif terjadi dalam tiga tahap utama, yaitu letusan bawah laut, letusan gunung perisai, dan fase pembentukan lava basaltik. Endapan lava yang mengalir ribuan tahun lalu kini membentuk gua-gua bawah tanah dan terowongan lava yang spektakuler seperti Manjanggul Cave, salah satu lava tube terpanjang dan paling utuh di dunia.
Fenomena vulkanik ini tidak hanya membentuk topografi unik, tetapi juga menciptakan tanah subur yang menunjang pertanian dan ekosistem tropis yang khas di wilayah tersebut.
Keajaiban Geologis: Situs Warisan Dunia UNESCO
Tiga situs utama di Jeju diakui UNESCO sebagai Jeju Volcanic Island and Lava Tubes, yaitu Gunung Hallasan, Lava Tube Geomunoreum, dan Seongsan Ilchulbong atau Sunrise Peak.
-
Gunung Hallasan memiliki kawah di puncaknya dan ditutupi oleh ratusan jenis tanaman alpine serta hewan endemik.
-
Lava Tube Geomunoreum, termasuk Manjanggul, menunjukkan struktur internal lava dengan stalaktit dan stalagmit batuan basal yang sangat terpelihara.
-
Seongsan Ilchulbong, hasil letusan bawah laut sekitar 5.000 tahun lalu, membentuk kawah simetris yang menjulang langsung dari laut.
Ketiganya mencerminkan proses geologi luar biasa yang jarang ditemukan dalam satu kawasan terpadu.
Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati
Meskipun merupakan wilayah vulkanik, Jeju memiliki iklim subtropis dengan keanekaragaman hayati yang kaya. Kawasan hutan di lereng Hallasan menjadi habitat bagi rusa, burung khas Korea, hingga tanaman langka. Laut di sekitar Jeju juga menjadi ekosistem penting dengan biota laut seperti terumbu karang, rumput laut, dan hewan laut khas Asia Timur.
Budaya Lokal dan Kehidupan Masyarakat
Masyarakat Jeju memiliki warisan budaya yang unik. Salah satunya adalah budaya Haenyeo, yaitu para penyelam wanita tangguh yang menyelam tanpa alat bantu untuk mencari hasil laut. Tradisi ini telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda. Gaya hidup masyarakat Jeju yang dekat dengan laut dan alam membuat pulau ini bukan hanya penting secara geologis, tetapi juga secara sosiokultural.
Pariwisata Berbasis Edukasi dan Konservasi
Jeju tidak hanya menjadi destinasi wisata rekreatif, tetapi juga pusat edukasi geologi dan konservasi alam. Banyak pengunjung tertarik untuk menjelajahi jalur pendakian Hallasan, menyusuri lava tube, atau menyaksikan matahari terbit dari Seongsan Ilchulbong. Pemerintah Korea Selatan bersama UNESCO mendorong pengembangan ekowisata untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pariwisata dan kelestarian lingkungan.
Selain itu, Jeju juga menjadi lokasi penting dalam riset vulkanologi, konservasi hayati, serta mitigasi bencana alam. Kawasan ini menyediakan data penting bagi para peneliti yang mempelajari hubungan antara aktivitas vulkanik dan perubahan lingkungan.
Penutup
Pulau Jeju adalah bukti nyata bagaimana kekuatan alam membentuk dunia yang kita kenal hari ini. Dari letusan vulkanik purba hingga menjadi taman alam global, Jeju menyimpan kekayaan geologi, ekologi, dan budaya yang luar biasa. Sebagai destinasi yang mengedepankan pelestarian, edukasi, dan keindahan, Jeju memberikan pengalaman tak terlupakan bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam hubungan antara bumi dan kehidupan manusia.